Cerita Ngentot Istri Teman Kost ku
Cerita Sex Cerita Dewasa Cerita Ngentot Istri Teman Kost Ku - Sore itu, aku terbangun. Kulihat jam di mejaku menunjukkan
pukul 4.00 sore. Iseng aku memanjat dinding tembok
pembatas kamarku, mau �melihat� tetangga
sebelahku. Melalui ventilasi kulihat Mas Arif dan Mbak
Nida sedang tidur-tiduran sambil mengobrol di atas
tempat tidur. Aku mengawasi terus, kulihat Mas Arif
hanya memakai singlet, begitu juga Mbak Nida yang
hanya memakai baju dalam.
�Dasar pengantin baru, pasti mau main, ayo kapan
mainnya ?� pikirku mulai tak sabaran.
Kulihat Mas Arif dan Mbak Nida berbicara sambil
berpelukan, aku kurang bisa menangkap apa yang
mereka bicarakan. Sesekali Mbak Nida tertawa
cekikikan. Beberapa kali pula aku amati Mas Arif
meremas payudara Mbak Nida.
Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku
harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Arif membuka
celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Nida,
menyuruh Mbak Nida memegang penis Mas Arif. Mbak
Nida kelihatannya menurut dan me-masukkan tangannya
ke dalam celana Mas Arif, tetapi baru sebentar sudah
ditariknya kembali, tampaknya Mbak Nida menolak.
�Yaaa….. itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh
karaoke� desahku dalam hati kecewa.
Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian
Mas Arif tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas
celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet.
Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Nida. Aku
tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat
keduanya mengentot tampaknya akan terpenuhi.
Tak lama, Mas Arif melepas pelukannya dan Mbak
Nidapun mulai melepas celananya. Kini sama seperti
suaminya, Mbak Nida hanya bersinglet dan bercelana
dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.
Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya
dari celana dalamnya.
�Kecil sekali, dibandingkan punyaku,� kataku dalam
hati melihat penis Mas Arif.
Mas Arifpun langsung meng-himpit Mbak Nida,
tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Nida.
Kulihat Mbak Nida memelorotkan celana dalamnya
hanya sampai sebatas paha. Sejurus kemudian aku
melihat pelan Mas Arif memasukkan penisnya ke dalam
lubang vagina Mbak Nida yang tertutup bulu jembut.
Setelah penis Mas Arif masuk keseluruhannya ke dalam
pepek Mbak Nida, Mas Arif langsung memeluk Mbak
Nida sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan
cukup lama.
Aku sedikit keheranan kenapa Mas Arif tidak melakukan
genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Arif
hanya diam memeluk Mbak Nida.
�Waaah…..ini pasti karena Mas Arif nggak tahan
bermain lama, nggak seperti aku� kataku dalam hati,
tertawa, merasa unggul dari Mas Arif.
Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk
turut melakukan �tumpangsari� pada Mbak Nida.
Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat
singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Nida
tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas
Arif menyusulnya. Aku me-nangkap kekecewaan di
muka Mbak Nida, meski Mbak Nida berusaha tersenyum
setelah �permainan� itu, tapi aku yakin ia tidak puas
dengan permainan Mas Arif.
Peristiwa �observasi awal� hari kemarin itu
membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan
aku menyetubuhi Mbak Nida dan merasakan nikmat
tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di
tubuh Mbak Nida !
Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Arif itu
belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk
membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Nida.
Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan,
namanya Toni.
Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,
�Hai Bud, apa kabar ?� tanya Toni sambil menjabat
tanganku.
�Baik� jawabku sambil ter-senyum.
�Silahkan duduk�
Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu,
aku mulai mengajukan permintaan,
�Ton, aku butuh bantuanmu�
�Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?�
�Aku butuh pekerjaan�
�Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?�
�Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini
untuk orang lain�
�Hm memangnya untuk siapa ?�
�Untuk temanku, Mas Arif, kamu wawancarai,
tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-
tinggi betul jabatannya�
�Aneh…tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa�
�Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama,
beberapa kali�
�Oke, baik kalau gitu�
�Tapi…nanti jadwal wawanca-ranya aku yang tentuin�
�Terserah kamu�
Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya,
mulai lusa, hari rabu sampai jum�at dari jam 07.00
sampai 10.00 pagi.
Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang.
Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah
terbayang nikmatnya tubuh Mbak Nida itu.
Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu
dengan Mas Arif di tempat cuci, tampak Mas Arif
sedang menyuci bajunya.
�Mas…….saya ingin bicara se-bentar� kataku mulai
membuka percakapan.
Mas Arifpun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.
�Ada apa Bud ?�
�Begini…….saya dengar Mas Arif mencari pekerjaan,
kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu
pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran,
soalnya dia hanya butuh satu orang� jawabku panjang
lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku
menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.
Lama Mas Arif kulihat terdiam, merenung, lalu
�Hmmm….saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih
ya ?!�
�Ya Mas� kataku dengan senyuman.
Dalam hatiku, aku berpikir �Habislah sudah
kesempatanku !�
Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian
aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku
lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari
jendela. Tampak Mas Arif berdiri menunggu. Akupun
cepat-cepat membuka pintu
�Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja� Mas Arif
tiba-tiba permisi.
�Eee….nggak..nggak koq Mas, saya sudah bangun
nih� kataku berusaha mencegah Mas Arif pergi.
�Gangguin tidur kamu nggak ?�
�Ndak…ndak kok, masuk aja� kataku
mempersilahkan.
Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,
�Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu,
tempatnya di mana sih ?� Mas Arif bertanya.
�Ooo…itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama
perusahaannya DHL, nggak jauh kok�
�Syaratnya gimana ?�
�Saya kurang tau juga tuh, Mas Arif pergi saja ke sana.
temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan,
tahunya dari Budi�
�Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme
saja� Mas Arif sepertinya keberatan.
�Enggak….nggak… koq, perusa-haannya besar, Mas ke
sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes
dulu� kataku meya-kinkan Mas Arif.
�Hmmm…baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke
sana ?�
�Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja�
kataku me-nyarankan.
Mas Arif hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi
seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya
tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.
Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Arif pagi-pagi
sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru
pulang.
Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
�Wa�alaikumussalam� terdengar jawaban Mas Arif
dari dalam kamarnya.
Lama baru pintu dibuka, dan Mas Arif
mempersilahkanku un-tuk masuk. Kulihat di dalam ka-
marnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur
dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak
Nida tampak cantik sekali.
�Bagaimana Mas, tadi ?� ta-nyaku
�Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test
wawancara�
�Alhamdulillah, tak do�ain supa-ya berhasil�
�Terima kasih�
Setelah berbasa – basi cukup lama, akupun permisi.
�Eehh…nanti dulu, kamu khan belum minum� Mas Arif
berusaha mencegahku.
�Ayo Nida buatkan air minumnya dong� perintah Mas
Arif me-nyuruh istrinya, Mbak Nida.
Aku menolak dengan halus,
�Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, ada
urusan�
�Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya�
Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Nida tidak
jadi membuat minuman. Akupun pergi ke ka-marku,
riang karena sebentar lagi �adikku� akan bersarang
dan me-nemukan pasangannya.
Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan
meninggalkan Mbak Nida sendirian di kamarnya. Ren-
cana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa
koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku
anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri,
lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.
Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku
menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
Lama baru terdengar jawaban,
�Wa�alaikumussalam� jawaban Mbak Nida dari
dalam kamar itu.
Pintunyapun terbuka, kulihat Mbak Nida melongokkan
kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,
�Ada apa ya ?� tanyanya.
�Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan
kemarin tetapi lupa� kataku sambil menunjukkan
bungkusan Vcd itu.
�Oh, baiklah� kata Mbak Nida sambil bermaksud
mengambil bungkusan di tanganku itu.
�Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat
apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif� kataku
mengarang alasan.
Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Nida
mempersi-lahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga
kurang ngerti tentang komputer.
Di dalam kamar, aku menghi-dupkan komputer dan
mengope-rasikan program Vcd playernya, lalu
kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai
dugaanku Vcd itu berjalan bagus.
�Mbak pingin nonton ?� tanyaku sambil melihat Mbak
Nida yang sedari tadi duduk di belakang
memperhatikanku.
�Film apa sih ?� tanya Mbak Nida kepadaku.
�Pokoknya bagus� jawabku sambil kemudian
memberikan pe-tunjuk bagi Mbak Nida , bagaimana cara
menghentikan player dan mematikan komputernya.
Mbak Nida hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk
pergi mum-pung filmnya belum masuk ke bagian
�intinya�.
Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku
bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang
dilakukan Mbak Nida.
Setelah di kamarku. melalui ven-tilasi kulihat Mbak Nida
menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget
begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar
monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan
reaksinya.
Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat
Mbak Nida masih tetap menonton. Aku senang berarti
Mbak Nida menyukainya.
Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan,
tangan Mbak Nida pelan masuk ke dalam roknya, dan
bergerak-gerak di dalam rok itu.
�Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh�suara Mbak Nida
mendesah�desah , tampaknya merasakan kenikmatan.
Aku kaget,
�Wah….hebat….dia masturbasi� kataku dalam hati.
Ingin aku masuk ke kamar Mbak Nida, memeluknya dan
langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu
proses.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan
berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai
melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.
Film di komputer itu terus berjalan…… hingga telah
hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis
dan Mbak Nida kulihat sudah empat kali orgasme, luar
biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Nida ternyata
masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi
orgasmenya menjadi lima kali.
�Akkkhhhhhhh………� Mbak Nida terpekik pelan
menandai orgasmenya.
Sesaat setelah orgasme Mbak Nida yang kelima akupun
ejakulasi.
�Oooorghhhh………� suara berat-ku mengiringi luapan
sperma di tanganku.
Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas
Arif dan bisa memuaskan Mbak Nida nan-tinya karena
bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.
Kemudian Mbak Nida sesuai petunjukku, kulihat
mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.
Setelah siang hari, Mas Arif baru pulang. Sedikit
berdebar-debar aku menunggu perkem-bangan di kamar
tetanggaku itu, takut kalau – kalau Mbak Nida ngomong
macam – macam soal Vcd itu, bisa berabe aku !
Tetapi lama…..kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali
aku me-ngintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di
sebelah.
Begitu aku mulai mengintip, aku kaget ! Karena kulihat
Mbak Nida dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai
celana dalam dihimpit oleh Mas Arif, mereka
bersetubuh ! Namun seperti yang dulu-dulu, permainan
itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak
Nida kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai
orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Nida seringkali
kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya
diremas.
�Ah…Mas Arif nggak pandai merangsang sih�, pikirku.
Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil,
mem-buat Mbak Nida tidak bisa lagi men-capai orgasme
dengan Mas Arif. Prediksiku, Mbak Nida akan sangat
tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya,
sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang
tahu, disinilah kesem-patanku.
Kamis, pukul 08.00. Aku bangun dari tidur,
mempersiapkan segala sesuatunya, karena hari ini bisa
jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin aku
telah meng-intip Mbak Nida dan Mas Arif seharian,
mereka kemarin ber-setubuh hanya dua kali, itupun
berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku,
Mbak Nida tidak bisa orgasme.
Malam kemarin aku juga sudah bersiap-siap dengan
minum se-gelas jamu kuat, yang bisa menambah
kualitas spermaku.
Pagi itu, setelah aku mandi, aku berpakaian sebaik
mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh
tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan
langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku,
Mbak Nida yang sedang sendirian.
Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
�Wa�alaikumussalam� suara lem-but Mbak Nida
menyahut dari dalam kamar.
Mbak Nidapun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan
pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan
kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia
memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.
�Oh ya, saya lupa membe-ritahukan cara
menghidupkan Vcd kemarin� kataku sambil tersenyum.
Tiba-tiba raut muka Mbak Nida menjadi sangat serius,
�Kamu kurang ajar ya, masa� ngasiin Vcd porno
gituan ke Mbak� kata Mbak Nida sedikit keras.
Aku kaget, �ternyata ia marah�, pikirku. Lalu cepat aku
mengarang alasan,
�Oh ma�af Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film
soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, ma�af
kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi�
Mbak Nida masuk ke dalam kamarnya, ia tampak
kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu.
Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang
sedari tadi terbuka.
Mbak Nida kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
�Eeeh…kamu kok ikut masuk juga ?!�
Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,
�Alaa….Mbak jangan munafiklah, tokh Mbak juga
menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai
masturbasi segala�
�Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan
berteriak� bentak Mbak Nida.
�Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi,
sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme
dengan Mas Arif khan� kataku sambil merebut Vcd itu
dan mematahkannya.
Mbak Nida terkejut,
�Kamu…..�
Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku
memotongnya,
�Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak
Nida, saya jamin Mbak Nida bisa orgasme bila main
dengan saya�
�Kurang ajar ! Keluar kamu !�
�Eeee….tidak segampang itu, ayolah Mbak Nida jangan
marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya ke-sempatan,
bila Mbak Nida tidak me-makai saya, seumur-umur
Mbak Nida nggak akan pernah mencapai orgasme lagi�
aku mulai meng-hasutnya.
Mbak Nida terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia
mulai termakan rayuanku, tapi…
�Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !�
Aku gemetar, tapi tetap ber-usaha,
�Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang
mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya
kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil
kesempatan ini, Mbak akan rugi !� kataku sedikit tegas.
Lama kulihat Mbak Nida terdiam, bahkan dia kini
terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura
mengalah…
�Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja,
saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak !� kataku sambil
beranjak pergi.
Tetapi kulihat Mbak Nida hanya diam terduduk di
ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah
terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam.
Perlahan aku mendekati Mbak Nida, kulihat ia menangis,
�Mbak….jangan menangis, tidak ada maksud saya
sedikitpun menyakiti Mbak� kataku sambil mulai
menyeka air matanya dengan tanganku.
Lalu pelan-pelan kupegang pun-dak Mbak Nida dan
kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ter-nyata
Mbak Nida hanya menurut saja, aku kesenangan,
rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.
Kemudian aku mulai membuka resleting celana
panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan
santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku
ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam
kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah
�lubang� birahinya. Aku sudah terburu nafsu,
mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu
berkali-kali.
�Akhhh…..akhhh…….ahhhhhh� desahan Mbak Nida
mengiringi setiap tusukan jemariku.
Aku ingin membuatnya terang-sang dan mencapai
orgasme. Lalu dengan cepat kutarik celana pan-jang dan
kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan
mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-
tubi, menjilat paha putih Mbak Nida dengan merata.
Akupun mengincar kelentit Mbak Nida yang tersembul ke
luar dari bagian atas pepeknya.
Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,
�Elmm…..mmmm…….emmmm� dan lidahku menari-
nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-
kali,
�Akhh….ooohhhh……aaahhhhh� suara Mbak Nida
mendesah kuat tanda terangsang.
Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek
Mbak Nida dan lidahku makin menggila menari-nari di
atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.
Perlahan kubimbing Mbak Nida mencapai puncaknya,
hingga akhirnya……
�Aaaaaaakkkhhhhhh…………� pekikan pelan Mbak Nida
mengiringi orgasmenya.
Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku
tetapi karena cairan vagina Mbak Nida yang orgasme.
Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina
wanita yang orgasme.
Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa
Mbak Nida mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak
berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan
tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat,
�Ahhh….ahhhh….yaah…..yaahh� suara Mbak Nida
mulai meracau.
Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak
Nida, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Nida,
dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan
menarik kutangnya hingga menyembullah payudara
Mbak Nida yang indah membukit.
Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil
tangan kananku meremas payudara Mbak Nida
bergantian,
�Slurrpp….slrrrrpp…..slluuurpp� aku menghisap puting
Mbak Nida, sementara desahan Mbak Nida terdengar
halus di telingaku,
�Akhh….teruuss…..teruuusss� Sementara tangan
kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Nida, dan vagina itu
semakin becek,
�Crrtt…..crrtt……slrrpp�
Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak
Nida yang mendesah-desah, begitu wajah kami
bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak
Nida sedikit kaget,
�Ohhh….oomlmmm…elmmmm� Mbak Nida tidak bisa
lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, lidahnya
kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari.
Aku memang berusaha mem-bimbing Mbak Nida agar
orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya
itu aku bisa me-masukkan penisku, mempenetrasi
vaginanya. Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat
sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas
Arif yang biasa masuk.
Sambil mencium dan merang-sang pepek Mbak Nida,
tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan
kolorku, lalu melem-parkannya ke lantai. Tangan
kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai
mengeras.
Lama akhirnya Mbak Nida mencapai orgasmenya yang
kedua kali,
�Ooorrggghhhhh………..�
Mbak Nida mengerang, tetapi belum selesai erangannya,
aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke
dalam vaginanya.
�Aaaaaahhhhh…………� suara Mbak Nida terpekik,
matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku
tersenyum.
Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan
kedua paha Mbak Nida dengan kedua tanganku, lalu
kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama
kelamaan men-jadi semakin cepat. Bunyi becekpun
mulai terdengar,
�Sllrrttt…cccrrttt….ccrrplpp� suara becek itu terus
berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku.
�Akhhh….yaaahh…terus…� suara desahan Mbak Nida
keenakan. Akupun semakin mempercepat tusukan, kini
kedua kakinya ku-sandarkan di pundakku, pinggul Mbak
Nida sedikit kuangkat dan aku terus mendorong
pinggulku ber-ulang-ulang. Sementara dengan sekali
sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam
sebahu milik Mbak Nida yang indah, sambil menggenjot
aku membelai rambut hitam itu.
�Ahhh…..ahhh….aaahhh�
�Ohhh……ohhhh……..hhhh�
Suara desahanku dan Mbak Nida terus terdengar
bergantian seperti irama musik alam yang indah.
Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Nida,
badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku
dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku
dan vaginanya masih menyatu.
Tanganku memegang pinggul Mbak Nida, membantunya
badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan
pada dua buah pepaya montok nan segar yang ber-
senggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami
berdua. Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam
kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-
gantian.
Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak
lama…..
�Oooohhhhhhh……………..� lenguhan panjang Mbak
Nida menandai orgasmenya, kepalanya terdongak
menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu
terjadi.
Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan
akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-
tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Nida dan
Mbak Nida juga menyambut ciumanku, jadilah kami
saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.
Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak
Nida ternyata menangis !
�Kenapa Mbak Nida ? saya me-nyakiti Mbak ya ?!�
tanyaku lembut penuh sesal.
Masih terisak, Mbak Nida menjawab,
�Ah…..nggak, kamu justru telah membuat Mbak
bahagia�
Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan aku baringkan
Mbak Nida. Perlahan aku mengencangkan penetrasiku
kembali.
Sambil meremas kedua payu-daranya, aku membolak-
balikkan badan Mbak Nida ke kiri dan ke kanan. Kami
berdua mendesah bergantian,
�Ahhh…..ahhh….aaahhh�
�Ohhh……ohhhh……..hhhh�
Terus….lama, hingga akhirnya aku mulai merasakan
urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada
di ujung, siap untuk meledak.
Aku ingin melakukannya ber-sama dengan Mbak Nida.
Untuk itu aku memeluk Mbak Nida, menciumi bibirnya
dan membelai rambutnya pelan. Usahaku berhasil
karena perlahan Mbak Nida kembali terang-sang, bahkan
terlalu cepat.
Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Nida,
�Tahan……tahan………Mbak, kita lakukan bersama-sama
ya�
�Ohhh…ohhh….ohhhh…..aku su-dah tak tahan lagi�
desah Mbak Nida, kulihat matanya terpejam kuat
menahan orgasmenya.
�Pelan…..pelan saja Mbak, kita lakukan serentak�
kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku.
Akhirnya yang kuinginkan ter-jadi, urat-urat syarafku
menegang, penisku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga
aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.
�Akhhh….ooohhh….ohhh� suara Mbak Nida
mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan
penisku.
�Lepaskan…..lepaskan……Mbak, sekarang !� suaraku
mengiringi de-sahan Mbak Nida, Mbak Nida menuruti
�saranku�, diapun akhirnya mele-paskan orgasmenya,
�Aaaakkhhhhh…………�
�Ooorggghhhhh………� suara be-rat menandakan
ejakulasiku, meng-iringi orgasme Mbak Nida. Erat ku-
peluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan.
Setelah �permainan� itu, dalam keadaan bugil aku
tiduran ter-lentang di samping Mbak Nida yang juga
telanjang. Mbak Nida me-melukku dan mencium pipiku
berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku,
�Terima kasih Bud�
Mbak Nida kulihat senang dan memeluk tubuhku erat,
tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan
senang, gembira, tapi juga sedih. Aku sedih dan me-
nyesal melakukan ini dengan Mbak Nida, aku takut ia
tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain de-
ngan diriku, ini berarti aku me-nyengsarakan Mbak Nida.
Sambil merenung, aku kecup rambut hitam sebahunya
itu dan kubelai serta kuusap pelan.
Siang itu aku tidur nyenyak, bagiku pengalaman barusan
sangat berkesan. Sejujurnya aku ingin melakukannya
lagi, tapi aku takut menyusahkan Mbak Nida nantinya
karena membuat dia tergantung padaku, padahal
ternyata aku mulai mencintainya !
pukul 4.00 sore. Iseng aku memanjat dinding tembok
pembatas kamarku, mau �melihat� tetangga
sebelahku. Melalui ventilasi kulihat Mas Arif dan Mbak
Nida sedang tidur-tiduran sambil mengobrol di atas
tempat tidur. Aku mengawasi terus, kulihat Mas Arif
hanya memakai singlet, begitu juga Mbak Nida yang
hanya memakai baju dalam.
�Dasar pengantin baru, pasti mau main, ayo kapan
mainnya ?� pikirku mulai tak sabaran.
Kulihat Mas Arif dan Mbak Nida berbicara sambil
berpelukan, aku kurang bisa menangkap apa yang
mereka bicarakan. Sesekali Mbak Nida tertawa
cekikikan. Beberapa kali pula aku amati Mas Arif
meremas payudara Mbak Nida.
Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku
harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Arif membuka
celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Nida,
menyuruh Mbak Nida memegang penis Mas Arif. Mbak
Nida kelihatannya menurut dan me-masukkan tangannya
ke dalam celana Mas Arif, tetapi baru sebentar sudah
ditariknya kembali, tampaknya Mbak Nida menolak.
�Yaaa….. itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh
karaoke� desahku dalam hati kecewa.
Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian
Mas Arif tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas
celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet.
Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Nida. Aku
tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat
keduanya mengentot tampaknya akan terpenuhi.
Tak lama, Mas Arif melepas pelukannya dan Mbak
Nidapun mulai melepas celananya. Kini sama seperti
suaminya, Mbak Nida hanya bersinglet dan bercelana
dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.
Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya
dari celana dalamnya.
�Kecil sekali, dibandingkan punyaku,� kataku dalam
hati melihat penis Mas Arif.
Mas Arifpun langsung meng-himpit Mbak Nida,
tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Nida.
Kulihat Mbak Nida memelorotkan celana dalamnya
hanya sampai sebatas paha. Sejurus kemudian aku
melihat pelan Mas Arif memasukkan penisnya ke dalam
lubang vagina Mbak Nida yang tertutup bulu jembut.
Setelah penis Mas Arif masuk keseluruhannya ke dalam
pepek Mbak Nida, Mas Arif langsung memeluk Mbak
Nida sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan
cukup lama.
Aku sedikit keheranan kenapa Mas Arif tidak melakukan
genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Arif
hanya diam memeluk Mbak Nida.
�Waaah…..ini pasti karena Mas Arif nggak tahan
bermain lama, nggak seperti aku� kataku dalam hati,
tertawa, merasa unggul dari Mas Arif.
Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk
turut melakukan �tumpangsari� pada Mbak Nida.
Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat
singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Nida
tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas
Arif menyusulnya. Aku me-nangkap kekecewaan di
muka Mbak Nida, meski Mbak Nida berusaha tersenyum
setelah �permainan� itu, tapi aku yakin ia tidak puas
dengan permainan Mas Arif.
Peristiwa �observasi awal� hari kemarin itu
membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan
aku menyetubuhi Mbak Nida dan merasakan nikmat
tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di
tubuh Mbak Nida !
Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Arif itu
belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk
membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Nida.
Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan,
namanya Toni.
Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,
�Hai Bud, apa kabar ?� tanya Toni sambil menjabat
tanganku.
�Baik� jawabku sambil ter-senyum.
�Silahkan duduk�
Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu,
aku mulai mengajukan permintaan,
�Ton, aku butuh bantuanmu�
�Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?�
�Aku butuh pekerjaan�
�Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?�
�Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini
untuk orang lain�
�Hm memangnya untuk siapa ?�
�Untuk temanku, Mas Arif, kamu wawancarai,
tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-
tinggi betul jabatannya�
�Aneh…tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa�
�Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama,
beberapa kali�
�Oke, baik kalau gitu�
�Tapi…nanti jadwal wawanca-ranya aku yang tentuin�
�Terserah kamu�
Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya,
mulai lusa, hari rabu sampai jum�at dari jam 07.00
sampai 10.00 pagi.
Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang.
Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah
terbayang nikmatnya tubuh Mbak Nida itu.
Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu
dengan Mas Arif di tempat cuci, tampak Mas Arif
sedang menyuci bajunya.
�Mas…….saya ingin bicara se-bentar� kataku mulai
membuka percakapan.
Mas Arifpun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.
�Ada apa Bud ?�
�Begini…….saya dengar Mas Arif mencari pekerjaan,
kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu
pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran,
soalnya dia hanya butuh satu orang� jawabku panjang
lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku
menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.
Lama Mas Arif kulihat terdiam, merenung, lalu
�Hmmm….saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih
ya ?!�
�Ya Mas� kataku dengan senyuman.
Dalam hatiku, aku berpikir �Habislah sudah
kesempatanku !�
Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian
aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku
lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari
jendela. Tampak Mas Arif berdiri menunggu. Akupun
cepat-cepat membuka pintu
�Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja� Mas Arif
tiba-tiba permisi.
�Eee….nggak..nggak koq Mas, saya sudah bangun
nih� kataku berusaha mencegah Mas Arif pergi.
�Gangguin tidur kamu nggak ?�
�Ndak…ndak kok, masuk aja� kataku
mempersilahkan.
Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,
�Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu,
tempatnya di mana sih ?� Mas Arif bertanya.
�Ooo…itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama
perusahaannya DHL, nggak jauh kok�
�Syaratnya gimana ?�
�Saya kurang tau juga tuh, Mas Arif pergi saja ke sana.
temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan,
tahunya dari Budi�
�Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme
saja� Mas Arif sepertinya keberatan.
�Enggak….nggak… koq, perusa-haannya besar, Mas ke
sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes
dulu� kataku meya-kinkan Mas Arif.
�Hmmm…baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke
sana ?�
�Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja�
kataku me-nyarankan.
Mas Arif hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi
seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya
tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.
Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Arif pagi-pagi
sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru
pulang.
Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
�Wa�alaikumussalam� terdengar jawaban Mas Arif
dari dalam kamarnya.
Lama baru pintu dibuka, dan Mas Arif
mempersilahkanku un-tuk masuk. Kulihat di dalam ka-
marnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur
dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak
Nida tampak cantik sekali.
�Bagaimana Mas, tadi ?� ta-nyaku
�Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test
wawancara�
�Alhamdulillah, tak do�ain supa-ya berhasil�
�Terima kasih�
Setelah berbasa – basi cukup lama, akupun permisi.
�Eehh…nanti dulu, kamu khan belum minum� Mas Arif
berusaha mencegahku.
�Ayo Nida buatkan air minumnya dong� perintah Mas
Arif me-nyuruh istrinya, Mbak Nida.
Aku menolak dengan halus,
�Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, ada
urusan�
�Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya�
Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Nida tidak
jadi membuat minuman. Akupun pergi ke ka-marku,
riang karena sebentar lagi �adikku� akan bersarang
dan me-nemukan pasangannya.
Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan
meninggalkan Mbak Nida sendirian di kamarnya. Ren-
cana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa
koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku
anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri,
lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.
Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku
menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
Lama baru terdengar jawaban,
�Wa�alaikumussalam� jawaban Mbak Nida dari
dalam kamar itu.
Pintunyapun terbuka, kulihat Mbak Nida melongokkan
kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,
�Ada apa ya ?� tanyanya.
�Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan
kemarin tetapi lupa� kataku sambil menunjukkan
bungkusan Vcd itu.
�Oh, baiklah� kata Mbak Nida sambil bermaksud
mengambil bungkusan di tanganku itu.
�Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat
apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif� kataku
mengarang alasan.
Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Nida
mempersi-lahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga
kurang ngerti tentang komputer.
Di dalam kamar, aku menghi-dupkan komputer dan
mengope-rasikan program Vcd playernya, lalu
kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai
dugaanku Vcd itu berjalan bagus.
�Mbak pingin nonton ?� tanyaku sambil melihat Mbak
Nida yang sedari tadi duduk di belakang
memperhatikanku.
�Film apa sih ?� tanya Mbak Nida kepadaku.
�Pokoknya bagus� jawabku sambil kemudian
memberikan pe-tunjuk bagi Mbak Nida , bagaimana cara
menghentikan player dan mematikan komputernya.
Mbak Nida hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk
pergi mum-pung filmnya belum masuk ke bagian
�intinya�.
Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku
bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang
dilakukan Mbak Nida.
Setelah di kamarku. melalui ven-tilasi kulihat Mbak Nida
menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget
begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar
monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan
reaksinya.
Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat
Mbak Nida masih tetap menonton. Aku senang berarti
Mbak Nida menyukainya.
Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan,
tangan Mbak Nida pelan masuk ke dalam roknya, dan
bergerak-gerak di dalam rok itu.
�Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh�suara Mbak Nida
mendesah�desah , tampaknya merasakan kenikmatan.
Aku kaget,
�Wah….hebat….dia masturbasi� kataku dalam hati.
Ingin aku masuk ke kamar Mbak Nida, memeluknya dan
langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu
proses.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan
berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai
melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.
Film di komputer itu terus berjalan…… hingga telah
hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis
dan Mbak Nida kulihat sudah empat kali orgasme, luar
biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Nida ternyata
masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi
orgasmenya menjadi lima kali.
�Akkkhhhhhhh………� Mbak Nida terpekik pelan
menandai orgasmenya.
Sesaat setelah orgasme Mbak Nida yang kelima akupun
ejakulasi.
�Oooorghhhh………� suara berat-ku mengiringi luapan
sperma di tanganku.
Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas
Arif dan bisa memuaskan Mbak Nida nan-tinya karena
bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.
Kemudian Mbak Nida sesuai petunjukku, kulihat
mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.
Setelah siang hari, Mas Arif baru pulang. Sedikit
berdebar-debar aku menunggu perkem-bangan di kamar
tetanggaku itu, takut kalau – kalau Mbak Nida ngomong
macam – macam soal Vcd itu, bisa berabe aku !
Tetapi lama…..kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali
aku me-ngintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di
sebelah.
Begitu aku mulai mengintip, aku kaget ! Karena kulihat
Mbak Nida dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai
celana dalam dihimpit oleh Mas Arif, mereka
bersetubuh ! Namun seperti yang dulu-dulu, permainan
itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak
Nida kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai
orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Nida seringkali
kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya
diremas.
�Ah…Mas Arif nggak pandai merangsang sih�, pikirku.
Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil,
mem-buat Mbak Nida tidak bisa lagi men-capai orgasme
dengan Mas Arif. Prediksiku, Mbak Nida akan sangat
tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya,
sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang
tahu, disinilah kesem-patanku.
Kamis, pukul 08.00. Aku bangun dari tidur,
mempersiapkan segala sesuatunya, karena hari ini bisa
jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin aku
telah meng-intip Mbak Nida dan Mas Arif seharian,
mereka kemarin ber-setubuh hanya dua kali, itupun
berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku,
Mbak Nida tidak bisa orgasme.
Malam kemarin aku juga sudah bersiap-siap dengan
minum se-gelas jamu kuat, yang bisa menambah
kualitas spermaku.
Pagi itu, setelah aku mandi, aku berpakaian sebaik
mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh
tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan
langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku,
Mbak Nida yang sedang sendirian.
Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
�Wa�alaikumussalam� suara lem-but Mbak Nida
menyahut dari dalam kamar.
Mbak Nidapun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan
pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan
kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia
memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.
�Oh ya, saya lupa membe-ritahukan cara
menghidupkan Vcd kemarin� kataku sambil tersenyum.
Tiba-tiba raut muka Mbak Nida menjadi sangat serius,
�Kamu kurang ajar ya, masa� ngasiin Vcd porno
gituan ke Mbak� kata Mbak Nida sedikit keras.
Aku kaget, �ternyata ia marah�, pikirku. Lalu cepat aku
mengarang alasan,
�Oh ma�af Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film
soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, ma�af
kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi�
Mbak Nida masuk ke dalam kamarnya, ia tampak
kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu.
Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang
sedari tadi terbuka.
Mbak Nida kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
�Eeeh…kamu kok ikut masuk juga ?!�
Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,
�Alaa….Mbak jangan munafiklah, tokh Mbak juga
menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai
masturbasi segala�
�Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan
berteriak� bentak Mbak Nida.
�Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi,
sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme
dengan Mas Arif khan� kataku sambil merebut Vcd itu
dan mematahkannya.
Mbak Nida terkejut,
�Kamu…..�
Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku
memotongnya,
�Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak
Nida, saya jamin Mbak Nida bisa orgasme bila main
dengan saya�
�Kurang ajar ! Keluar kamu !�
�Eeee….tidak segampang itu, ayolah Mbak Nida jangan
marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya ke-sempatan,
bila Mbak Nida tidak me-makai saya, seumur-umur
Mbak Nida nggak akan pernah mencapai orgasme lagi�
aku mulai meng-hasutnya.
Mbak Nida terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia
mulai termakan rayuanku, tapi…
�Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !�
Aku gemetar, tapi tetap ber-usaha,
�Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang
mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya
kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil
kesempatan ini, Mbak akan rugi !� kataku sedikit tegas.
Lama kulihat Mbak Nida terdiam, bahkan dia kini
terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura
mengalah…
�Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja,
saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak !� kataku sambil
beranjak pergi.
Tetapi kulihat Mbak Nida hanya diam terduduk di
ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah
terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam.
Perlahan aku mendekati Mbak Nida, kulihat ia menangis,
�Mbak….jangan menangis, tidak ada maksud saya
sedikitpun menyakiti Mbak� kataku sambil mulai
menyeka air matanya dengan tanganku.
Lalu pelan-pelan kupegang pun-dak Mbak Nida dan
kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ter-nyata
Mbak Nida hanya menurut saja, aku kesenangan,
rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.
Kemudian aku mulai membuka resleting celana
panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan
santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku
ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam
kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah
�lubang� birahinya. Aku sudah terburu nafsu,
mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu
berkali-kali.
�Akhhh…..akhhh…….ahhhhhh� desahan Mbak Nida
mengiringi setiap tusukan jemariku.
Aku ingin membuatnya terang-sang dan mencapai
orgasme. Lalu dengan cepat kutarik celana pan-jang dan
kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan
mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-
tubi, menjilat paha putih Mbak Nida dengan merata.
Akupun mengincar kelentit Mbak Nida yang tersembul ke
luar dari bagian atas pepeknya.
Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,
�Elmm…..mmmm…….emmmm� dan lidahku menari-
nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-
kali,
�Akhh….ooohhhh……aaahhhhh� suara Mbak Nida
mendesah kuat tanda terangsang.
Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek
Mbak Nida dan lidahku makin menggila menari-nari di
atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.
Perlahan kubimbing Mbak Nida mencapai puncaknya,
hingga akhirnya……
�Aaaaaaakkkhhhhhh…………� pekikan pelan Mbak Nida
mengiringi orgasmenya.
Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku
tetapi karena cairan vagina Mbak Nida yang orgasme.
Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina
wanita yang orgasme.
Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa
Mbak Nida mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak
berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan
tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat,
�Ahhh….ahhhh….yaah…..yaahh� suara Mbak Nida
mulai meracau.
Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak
Nida, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Nida,
dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan
menarik kutangnya hingga menyembullah payudara
Mbak Nida yang indah membukit.
Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil
tangan kananku meremas payudara Mbak Nida
bergantian,
�Slurrpp….slrrrrpp…..slluuurpp� aku menghisap puting
Mbak Nida, sementara desahan Mbak Nida terdengar
halus di telingaku,
�Akhh….teruuss…..teruuusss� Sementara tangan
kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Nida, dan vagina itu
semakin becek,
�Crrtt…..crrtt……slrrpp�
Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak
Nida yang mendesah-desah, begitu wajah kami
bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak
Nida sedikit kaget,
�Ohhh….oomlmmm…elmmmm� Mbak Nida tidak bisa
lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, lidahnya
kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari.
Aku memang berusaha mem-bimbing Mbak Nida agar
orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya
itu aku bisa me-masukkan penisku, mempenetrasi
vaginanya. Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat
sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas
Arif yang biasa masuk.
Sambil mencium dan merang-sang pepek Mbak Nida,
tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan
kolorku, lalu melem-parkannya ke lantai. Tangan
kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai
mengeras.
Lama akhirnya Mbak Nida mencapai orgasmenya yang
kedua kali,
�Ooorrggghhhhh………..�
Mbak Nida mengerang, tetapi belum selesai erangannya,
aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke
dalam vaginanya.
�Aaaaaahhhhh…………� suara Mbak Nida terpekik,
matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku
tersenyum.
Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan
kedua paha Mbak Nida dengan kedua tanganku, lalu
kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama
kelamaan men-jadi semakin cepat. Bunyi becekpun
mulai terdengar,
�Sllrrttt…cccrrttt….ccrrplpp� suara becek itu terus
berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku.
�Akhhh….yaaahh…terus…� suara desahan Mbak Nida
keenakan. Akupun semakin mempercepat tusukan, kini
kedua kakinya ku-sandarkan di pundakku, pinggul Mbak
Nida sedikit kuangkat dan aku terus mendorong
pinggulku ber-ulang-ulang. Sementara dengan sekali
sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam
sebahu milik Mbak Nida yang indah, sambil menggenjot
aku membelai rambut hitam itu.
�Ahhh…..ahhh….aaahhh�
�Ohhh……ohhhh……..hhhh�
Suara desahanku dan Mbak Nida terus terdengar
bergantian seperti irama musik alam yang indah.
Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Nida,
badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku
dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku
dan vaginanya masih menyatu.
Tanganku memegang pinggul Mbak Nida, membantunya
badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan
pada dua buah pepaya montok nan segar yang ber-
senggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami
berdua. Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam
kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-
gantian.
Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak
lama…..
�Oooohhhhhhh……………..� lenguhan panjang Mbak
Nida menandai orgasmenya, kepalanya terdongak
menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu
terjadi.
Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan
akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-
tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Nida dan
Mbak Nida juga menyambut ciumanku, jadilah kami
saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.
Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak
Nida ternyata menangis !
�Kenapa Mbak Nida ? saya me-nyakiti Mbak ya ?!�
tanyaku lembut penuh sesal.
Masih terisak, Mbak Nida menjawab,
�Ah…..nggak, kamu justru telah membuat Mbak
bahagia�
Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan aku baringkan
Mbak Nida. Perlahan aku mengencangkan penetrasiku
kembali.
Sambil meremas kedua payu-daranya, aku membolak-
balikkan badan Mbak Nida ke kiri dan ke kanan. Kami
berdua mendesah bergantian,
�Ahhh…..ahhh….aaahhh�
�Ohhh……ohhhh……..hhhh�
Terus….lama, hingga akhirnya aku mulai merasakan
urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada
di ujung, siap untuk meledak.
Aku ingin melakukannya ber-sama dengan Mbak Nida.
Untuk itu aku memeluk Mbak Nida, menciumi bibirnya
dan membelai rambutnya pelan. Usahaku berhasil
karena perlahan Mbak Nida kembali terang-sang, bahkan
terlalu cepat.
Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Nida,
�Tahan……tahan………Mbak, kita lakukan bersama-sama
ya�
�Ohhh…ohhh….ohhhh…..aku su-dah tak tahan lagi�
desah Mbak Nida, kulihat matanya terpejam kuat
menahan orgasmenya.
�Pelan…..pelan saja Mbak, kita lakukan serentak�
kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku.
Akhirnya yang kuinginkan ter-jadi, urat-urat syarafku
menegang, penisku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga
aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.
�Akhhh….ooohhh….ohhh� suara Mbak Nida
mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan
penisku.
�Lepaskan…..lepaskan……Mbak, sekarang !� suaraku
mengiringi de-sahan Mbak Nida, Mbak Nida menuruti
�saranku�, diapun akhirnya mele-paskan orgasmenya,
�Aaaakkhhhhh…………�
�Ooorggghhhhh………� suara be-rat menandakan
ejakulasiku, meng-iringi orgasme Mbak Nida. Erat ku-
peluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan.
Setelah �permainan� itu, dalam keadaan bugil aku
tiduran ter-lentang di samping Mbak Nida yang juga
telanjang. Mbak Nida me-melukku dan mencium pipiku
berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku,
�Terima kasih Bud�
Mbak Nida kulihat senang dan memeluk tubuhku erat,
tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan
senang, gembira, tapi juga sedih. Aku sedih dan me-
nyesal melakukan ini dengan Mbak Nida, aku takut ia
tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain de-
ngan diriku, ini berarti aku me-nyengsarakan Mbak Nida.
Sambil merenung, aku kecup rambut hitam sebahunya
itu dan kubelai serta kuusap pelan.
Siang itu aku tidur nyenyak, bagiku pengalaman barusan
sangat berkesan. Sejujurnya aku ingin melakukannya
lagi, tapi aku takut menyusahkan Mbak Nida nantinya
karena membuat dia tergantung padaku, padahal
ternyata aku mulai mencintainya !
Comments
Post a Comment